DUNIA ITU RINGAN BOBOTNYA
Blog
Tuesday, November 1, 2022
Wednesday, February 9, 2022
Tuesday, February 8, 2022
INDUSTRI FILM INDONESIA 1940-1941 HINGGA SEKARANG
OPINI
Oleh : bruceikmal
Industri
film menjelang perang dunia ke II pada masa Hindia Belanda mengalami masa
sulit, kondisi industri film tidak bisa lepas dari kondisi politik saat itu.
Tetapi bagi produser film mereka harus produksi sebab dari sisi lain regulasi ekonomi
mereka harus bergerak walaupun dengan keadaan yang tidak menentu.
Tonil atau opera pada masa itu sangat digemari oleh masyarakat bahkan para pekerja seni, pementasan ini berpindah sari satu lokasi ke lokasi lain mereka menginap, kalau saya ibaratkan sekarang seperti Pasar malam bisa berhari – hari, mereka menyewa suatu tempat yang didalamnya wahana hiburan jika pada malam hari tiba mereka melakukan aktivitasnya untuk menghibur masyarakat. Perkenalan Teng Chun dengan Tan TjoeI Hock seorang pemimpin pentas semata – mata mengalih perhatian penonton panggung supaya bisa beralih kepada penonton film. Tan TjoeI Hock membuat film dibawah bendera Java Industrial Film (JIF) film pertamanya berjudul Dasima, kemudian Teng Chun mendirikan anak perusahaannya Action film dibawah bendera JIF. Teng Chun selalu bekerja sama dengan seniman panggung juga pemainnya dengan alasan punya nilai jual di film juga mereka dikenal di masyarakat
Publisiti
merupaka cara baru untuk menarik minat masyarakat untuk menonton, promosi ini
dilakukan dengan berbagai cara dari mendiciptakan lagu atau soundtrack yang disiarkan di Radio, membuat buku, hingga membuat jurnal
dalam bentuk stensil untuk kepentingan promosi film yang disebarkan disegala
pelosok, cara baru ini sangat efektif untuk membangun image kepada masyarakat
untuk mau menonton, tampa diduga hasilnya sangat diluar dugaan film Rentjong
Atjeh yang saat produksi banyak hambatan menjadi box office. Seiring berkembangnya Java Industrial Film (JIF) hingga
mengganti nama menjadi The New JIF
dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasar dalam memproduksi. The New JIF khusus memproduksi film - film kelas satu, produksi
pertamnya adalah film kolosal Kartinah yang di sutradari Anjar Asmara, Untuk
film kelas bawah The New JIF tetap memproduksi dibawah anak perusahaanya Jacatra pictures khusus
membuat film dengan gendre drama, aksi dan misteri, seiring dengan berjalannya
waktu tahun 1941perkembangan set studio terus ditingkatkan, peralatan kamera
film ditambah hingga bisa produksi film empat bersamaan, ini capaian yang
sangat spektakuler untuk sebuah perusahaan film saat itu.
Jika
kita melihat sejarah produksi yang di jalankan oleh Teng Chun bersama Anjar
Asmara ini merupakan sebuah contoh penting yang baik karena mereka rekan kerja
yang solid dan bertanggung jawab dibidangnya mereka membangun kepercayaan lewat
gagasan – gagasan positif dalam industti
film. Industry film tidak semudah apa yang kita ketahui sebab industri ini membutuhkan
manajemen yang baik mulai dari pra produksi, produksi, distribusi hingga
eksebisi, dilain sisi film yang kita produksi belum tentu semua sukses di pasar,
masalah politik juga harus dipertimbangkan karena hal – hal seperti ini tidak
terduga dan sering terjadi saat produksi seperti yang kita alami sekarang
dengan pandemi Covid-19 sehingga
beberapa produksi harus terhenti, ini juga harus dipertimbangkan dan harus mencari
alternatif supaya produksi bisa berjalan
seperti dengan adannya flatform
digital Viu, video.com, klik film dan sebagainya, produksi film juga harus dilihat
dari sisi bisnisnya sebab biaya pembuatan film tidaklah murah oleh sebab itu produser
wajib memahami film yang akan di produksi.