Blog

Wednesday, February 9, 2022

Shot list -Toilet scene - Film The Conversation

                                            https://www.youtube.com/watch?v=Pqg8Z21Pvh4
 


Tuesday, February 8, 2022

INDUSTRI FILM INDONESIA 1940-1941 HINGGA SEKARANG

 

OPINI
Oleh : bruceikmal

Industri film menjelang perang dunia ke II pada masa Hindia Belanda mengalami masa sulit, kondisi industri film tidak bisa lepas dari kondisi politik saat itu. Tetapi bagi produser film mereka harus produksi sebab dari sisi lain regulasi ekonomi mereka harus bergerak walaupun dengan keadaan yang tidak menentu.

Perusahaan film yang bisa meninggkatkan produksinya pada masa 1940-1941 adalah The Teng Chun pemilik Java Industrial Film (JIF) perusahaan ini hingga melakukan pemangkasan  anggaran produksinya untuk bisa membuat film. Teng Chun seorang pembisnis dalam industry film selalu memikirkan hal – hal sosial di masyarakat  seperti menganalisa pasar buat film yang akan dibuat, semua ini berhubungan dengan kondisi politik Hindia Belanda, didalam masyarakat, kasta penontonnya terbagi dua penonton bumiputera atau kaum masyarakat biasa dengan kaum bangsawan, Teng Chun jeli dalam menganalisa pasar dengan tujuan supaya film yang diproduksinya bisa diterima dari dua kelas sosial yang berbeda.

Tonil atau opera pada masa itu sangat digemari oleh masyarakat bahkan para pekerja seni, pementasan ini berpindah sari satu lokasi ke lokasi lain mereka menginap, kalau saya ibaratkan sekarang seperti Pasar malam bisa berhari – hari, mereka menyewa suatu tempat yang didalamnya wahana hiburan jika pada malam hari tiba mereka melakukan aktivitasnya untuk menghibur masyarakat.  Perkenalan Teng Chun dengan Tan TjoeI Hock seorang pemimpin pentas semata – mata  mengalih perhatian penonton panggung supaya bisa beralih kepada penonton film. Tan TjoeI Hock membuat film dibawah bendera Java Industrial Film (JIF) film pertamanya berjudul Dasima, kemudian Teng Chun mendirikan anak perusahaannya Action film dibawah bendera JIF. Teng Chun selalu bekerja sama dengan seniman panggung juga pemainnya dengan alasan punya nilai jual di film juga mereka dikenal di masyarakat

           Pembuatan film berjudul Rentjong Atjeh merupakan sebuah produksi dan sejarah yang tidak bisa dilupakan sebab masa – masa sulit dan dampak akan terjadinya perang sudah didepan mata di Eropa dengan kekuatan Nazinya dan di Asia ada Jepang,  kondisi politik saat itu tidak kondusif  Jepang akan menyerang Hindia Belanda, produksi film Rentjong Atjeh terkendala dilapangan dengan izin shooting. Teng Chun tidak menyerah dengan kondisi yang ada ia mencoba dengan berbagai cara supaya produksi filmnya bisa selesai dan dapat ditayangkan. Film Rentjong Atjeh direncanakan dengan marketing yang matang juga strategi dengan langkah berani yang belum pernah dilakukan oleh produser sebelumnya seperti Tans film sehingga film tersebut dapat diterima di masyarakat, Anjar Asmara pelopor dari gagasan melalui publisiti yang diterapkannya berhasil mengganggkat produksi film JIF. Sejarah film 1900-1950,misbach yusa biran

Publisiti merupaka cara baru untuk menarik minat masyarakat untuk menonton, promosi ini dilakukan dengan berbagai cara dari mendiciptakan lagu atau soundtrack yang disiarkan di Radio, membuat buku, hingga membuat jurnal dalam bentuk stensil untuk kepentingan promosi film yang disebarkan disegala pelosok, cara baru ini sangat efektif untuk membangun image kepada masyarakat untuk mau menonton, tampa diduga hasilnya sangat diluar dugaan film Rentjong Atjeh yang saat produksi banyak hambatan menjadi box office. Seiring berkembangnya Java Industrial Film (JIF) hingga mengganti nama menjadi  The New JIF dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasar dalam memproduksi. The New JIF khusus  memproduksi film - film kelas satu, produksi pertamnya adalah film kolosal Kartinah yang di sutradari Anjar Asmara, Untuk film kelas bawah The New JIF tetap memproduksi dibawah  anak perusahaanya Jacatra pictures khusus membuat film dengan gendre drama, aksi dan misteri, seiring dengan berjalannya waktu tahun 1941perkembangan set studio terus ditingkatkan, peralatan kamera film ditambah hingga bisa produksi film empat bersamaan, ini capaian yang sangat spektakuler untuk sebuah perusahaan film saat itu.

Jika kita melihat sejarah produksi yang di jalankan oleh Teng Chun bersama Anjar Asmara ini merupakan sebuah contoh penting yang baik karena mereka rekan kerja yang solid dan bertanggung jawab dibidangnya mereka membangun kepercayaan lewat gagasan – gagasan positif  dalam industti film. Industry film tidak semudah apa yang kita ketahui sebab industri ini membutuhkan manajemen yang baik mulai dari pra produksi, produksi, distribusi hingga eksebisi, dilain sisi film yang kita produksi belum tentu semua sukses di pasar, masalah politik juga harus dipertimbangkan karena hal – hal seperti ini tidak terduga dan sering terjadi saat produksi seperti yang kita alami sekarang dengan pandemi Covid-19 sehingga beberapa produksi harus terhenti, ini juga harus dipertimbangkan dan harus mencari alternatif  supaya produksi bisa berjalan seperti dengan adannya flatform digital Viu, video.com, klik film dan sebagainya, produksi film juga harus dilihat dari sisi bisnisnya sebab biaya pembuatan film tidaklah murah oleh sebab itu produser wajib memahami film yang akan di produksi.

Perspektif - DUA TITIK HILANG - Ruang Kamar Tidur


 

Perspektif - SATU TITIK HILANG - Ruang Kamar Tidur


 

Floor plan - Denah Ruang Tamu